Asuhan Keperawatan Kepada Pasien Cedera Kepala

ASUHAN KEPERAWATAN KEPADA PASIEN CIDERA KEPALA








Disusun

Alma Nur Aina                                  1510711081



S1 KEPERAWATAN
FALKUTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2016/2017








Data isi
Kata pengantar..................................................................................................................... 2
Daftar isi...............................................................................................................................3
Bab I Pendahuluan
Latar belakang........................................................................................................................4
Rumusan masalah...................................................................................................................4
Tujuan.....................................................................................................................................5
Bab II Teori
A.  Pengertian ......................................................................................................................6
B.  Etiologi...........................................................................................................................6
C.  Faktor Resiko.................................................................................................................7
D.    Manifestasi klinis..........................................................................................................7
E.     Patofisiologi...................................................................................................................8
F.     Patway...........................................................................................................................9
G.     Klasifikasi.....................................................................................................................10
H.     Komplikasi...................................................................................................................10
I.       Pemeriksaan penunjang................................................................................................11
J.        Penatalaksanaan medis.................................................................................................12

Bab III Tinjauan kasus

Kasus.......................................................................................................................................14
Asuhan keperawatan................................................................................................................14

Bab IV Penutup

Kesimpulan..............................................................................................................................19
Saran........................................................................................................................................19
Daftar pustaka.........................................................................................................................20










Kata pengantar

        Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya saya masih di beri kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini, yang berjudul “Asuhan Keperawatan Cidera Kepala”. Makalah ini ditulis guna memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Keperawatan. Tidak lupa saya ucapkan kepada teman, keluarga yang telah mendukung sehingga selesailah makalah ini.

        Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini penulis masih banyak kekurangannya oleh karena itu mohon kritik dan saran yang membangun. Semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan teman-teman yang membutuhkan.














Tangerang Selatan, 25 Mei 2017



Penulis






BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak. Cedera kepala merupakan adanya pukulan atau benturan mendadak pada kepala dengan atau tanpa kehilangan kesadaran (Wijaya & Putri, 2013). Cedera kepala sudah menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di seluruh negara dan lebih dari dua per tiga dialami oleh negara berkembang (Riyadina dan Suhardi, 2009). Indonesia merupakan Negara berkembang yang masih memiiki angka kejadian kecelakaan yang tinggi (Krisandi, 2013).

Diperkirakan 100.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat cedera kepala, dan lebih dari 700.000 mengalai cedera cukup berat yang memerlukan perawatan di rumah sakit. Pada kelompok ini, antara 50.000 sampai 90.000 orang setiap tahun mengalami penurunan intelektual atau tingkah laku yang menghambat kembalinya mereka menuju kehidupan normal. Dua pertiga dari kasus ini berusia dibawah 30 tahun, dengan jumlah laki-laki lebih banyak dari wanita (Smeltzer & Bare, 2002). Tujuan utama pengelolaan cedera kepala adalah mengoptimalkan pemulihan dari cedera kepala primer dan mencegah cedera kepala sekunder.

Oleh karena itu, meski angka kejadian di indonesia makin meningkat. saya berharap pasien dengan cidera kepala tidak terus meningkat angka kejadian kematiannya. Dengan cara pertolongan pertama di rumah sakit dengan cara dengan pemberian saturasi oksigen menggunakan alat pulse oxymetri. Diharapkan dapat melihat perubahan saturasi oksigen pasien cedera kepala selama 30 menit setelah diberikan oksigen. Pada pemeriksaan saturasi oksigen untuk melihat berapa persen jumlah saturasi oksigen pasien. Tujuan saya membuat makalah ini agar yang membaca banyak lebih memahami cedera kepala dengan baik dan benar

Rumusan masalah
1.         Apa Pengertian dari Cedera Kepala?
2.         Apa Etiologi dari Cedera Kepala?
3.         Apa Faktor Resiko dari Cedera Kepala?
4.         Apa Manifestasi Klinis dari Cedera Kepala?
5.         Apa Patofisiologi dari Cedera Kepala?
6.         Apa Patway dari Cedera Kepala?
7.         Apa Klasifikasi dari Cedera Kepala?
8.         Apa Komplikasi dari Cedera Kepala?
9.         Apa Pemeriksaan Penunjang dari Cedera Kepala?
10.       Apa Penatalaksanaan Medis dari Cedera Kepala?
11.       Apa Asuhan keperawatan dari Cedera Kepala?

Tujuan
1.         Untuk mengetahui Pengertian Cedera Kepala
2.         Untuk mengetahui Etiologi Cedera Kepala
3.         Untuk mengetahui Faktor Resiko Cedera Kepala
4.         Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Cedera Kepala
5.         Untuk Mengetahui Patofisiologi Cedera Kepala
6.         Untuk mengetahui Patway Cedera Kepala
7.         Untuk mengetahui Klasifikasi Cedera Kepala
8.         Untuk mengetahui Komplikasi Cedera Kepala
9          Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang Cedera Kepala
10.       Untuk mengetahui Penatalaksanaan Medis Cedera Kepala
11.       Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Cedera Kepala













BAB II
TEORI

A.    Pengertian

Cedera kepala sudah menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di seluruh negara dan lebih dari dua per tiga dialami oleh negara berkembang (Riyadina dan Suhardi, 2009)
Cedera kepala merupakan adanya pukulan atau benturan mendadak pada kepala dengan atau tanpa kehilangan kesadaran (Wijaya & Putri, 2013).
Cedera otak sering terjadi karena trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara langsung atau tidak langsung yang kemudian dapat berakibat kepada gangguan fungsi neurologis, fungsi fisik, kognitif, psikososial, bersifat tempoer atau permanen (Nasution, 2014)
Jadi, cedera kepala adalah suatu masalah yang berada di otak yang disebabkan oleh benturan keras yang tepat di kepala. Bisa berasal dari benda tumpul atau tajam. Yang bisa berakibatkan kematian otak.

B.     Etiologi

a.       Trauma benda tumpul
      Trauma oleh benda tumpul dan menyebabkan cedera menyeluruh (difusi). Kerusakannya menyebar secara luas. Cedera tumpul seperti terjatuh, kecelakaan, dipukul.
b.      Trauma benda tajam
Trauma oleh benda tajam yang menyebabkan cedera setempat dan menimbulkan cedera lokal meliputi contusi cerebral (memar),hematoma cerebral,kerusakan otak sekunder yang disebabkan peluasan masa lesi, pergeseran otak atau hernia. Misal: cedera karena peluru.
c.       Akibat trauma tergantung
  1. Kekuatan benturan
  2. Akselerasi dan deselerasi
  3. Coup dan kontra coup
Cedera coup: kerusakan pada daerah dekat yang terbentur
Cedera kontra coup: kerusakan cedera berlawanan pada sisi desakan benturan
      Lokasi benturan
      Rotasi
      Depresi fraktur

C.     Faktor Resiko

  1. Tidak dapat diperbaruhi
  1. Umur
Anak baru berjalan beresiko besar terhadap cedera jatuh. Anak dibawah 2 tahun menderita akibat jatuh lebih buruk karena cedera kepala tertutup dari pada remaja. Anak usia sekolah beresiko paling besar dan cedera pejalan kaki, cedera akibat kecelakaan. Pada umur belasan tahun terjadi peningkatan risiko jatuh yaitu tabrakan pada kecelakaan lalu lintas. Pada dewasa muda biasanya akibat alkoholik dan lansia karena kehilangan fungsi tubuh dan terlalu tama terpejan karena penglihatan buruk.
b.      Jenis kelamin
Laki-laki biasana lebih rentan daripada perempuan karena di pengaruhi alkohol, narkoba, perkelahian.
c.       Ras
Orang AS lebih beresiko dibanding orang Asia karena budaya
  1. Lingkungan
Lingkungan yang tidak aman lebih beresiko.

2.      Dapat dimodifikasi
  1. Alkohol
Akan menghambat refleks sehingga mengganggu proses kognitif dan presepsi yag mempengarui fisiologis tubuh.
  1. Rotasi/fleksi, ekstensi leher yang hebat
Jika menyerang titik tulang pada tengkorak menebabkan robekan dalam substansi otak dan batang otak mengakibatkan cedera akson dan bintik pendarahan.

D.    Manifestasi Klinis

a.       Cedera kepala ringan sampai sedang
·         Didorientasi ringan
·         Amnesia post traumatic
·         Hilang memori sesaat
·         Sakit kepala
·         Mual
·         Muntah
·         Vertigo dalam perubahan posisi
·         Gangguan pendengaran

b.      Cedera kepala sedang sampai berat
·         Edema pulmonal
·         Kejang
·         Infeksi
·         Tanda herniasi otak
·         Hemiparese
·         Gangguan akibat saraf kranial

E.     Patofisiologi
Benturan kepada kepala dapat terjadi 3 jenis keadaan:
1.       Kepala diam di bentur oleh benda yang bergerak

Kekuatan benda yang beregerak akan menyebabkan derformitas akibat percepatan, perlambatan dan rotasi yang secaracepat dan tiba-tiba terhadap kepala dan jaringan otak. Trauma tersebut bisa menimbulkankompresi dan regangan yang bisa menimbulkan robekan jaringan dan pergeseran sebagian jaringan terhadap jaringan otak yang lain.

2.      Kepala yang bergerak membentur benda diam

Kepala yang bergerak membentur suatu benda yang keras, maka akan terjadi perlambatan tiba-tiba, sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan di tempat benturanpada sisis yang berlawanan. Pada tempat benturan terjadi tekanan yang tinggi sedang pada tempat yang berlawanan terdapat tekanan negatif paling rendah sengga terjadi rongga dan terjadi robekan.

3.      Kepala tidak bergerak karena menyender pada benda lain dibentur oleh benda yang bergerak. Pada kepala yang tergencet pada awalnya dapat terjadi retak atau hancurnya tulang tengkorak.


Patway



G.    Klasifikasi

a.       Berdasarkan keparahan cedera

1.      Cedera kepala ringan (CKR)
·         Tidak ada faktur tengkorak
·         Tidak ada kontusio serebri, hematom
·         GCS 13-15
·         Dapat terjadi kehilangan kesadaran tapi <30 menit

2.      Cedera kepala sedang (CKS)
·         Kehilangan kesadaran >30 menit tapi < 24 jam
·         Muntah
·         GCS 9-12
·         Dapat mengalami fraktur tengkorak, disoririentasi ringan.

3.      Cedera kepala berat (CKB)
·         Hilang kesadaran >24 jam
·         Adanya kontisio serebri, laserasi atau hematoma intracranial

b.         Menurut Jenis Cedera
1.                            cedera kepala terbuka dapat menyebabkan fraktur pada tulang tengkorak dan jaringan
2.                            cedera kepala tertutup dapat disamakan dengan keluhan gagal otak ringan dan edema serebral yang luas

H.    Komplikasi

1.      Epilepsi Pasca Trauma
Suatu kelainan dimana kejang terjadi beberapa waktu setelah otak mengalami cidera karena benturan dikepala. Kejang bisa terjadi setelah beberapa tahun kemudian setelah terjadinya cidera.
2.      Afasia
Hilangnya kemampuan untuk menggunakan bahasa karena terjadinya cedera pada area bahasa di otak. Penderita tidak mampu memahami/mengekspresikan kata-kata.
Bagian otak yang mengendalikan fungsi bahasa adalah lobus temporalis sebelah kiri & bagian lobus frontalis disebelahnya.
3.      Apraksia
Ketidakmampuan untuk melakukan tugas yang memerlukan ingatan/serangkaian gerakan. Bagian otak yang mengalami kerusakan adalah lobus parietalis / lobus frontalis.
4.      Agnosis
Suatu kelainan dimana penderita tidak mampu mengenali wajah yang dulu dikenalnya dengan baik atau benda-benda umum(sendok,pensil). Bagian otak yang  mengalami kerusakan adalah lobus parietalis & temporalis.
5.      Amnesia
Hilangnya sebagian atau seluruh kemampuan untuk mengingat peristiwa yang baru saja terjadi / peristiwa yang sudah lama berlalu . Amnesia hanya berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam dan akan menghilang dengan sendirinya. Pada cedera otak yang hebat, amnesia bisa bersifat menetap. Bagian otak yang mengalami kerusakan adalah lobus oksipitalis, lobus parietalis, lobus temporalis.
6.      Kejang Pasca Trauma
Dapat segera terjadi(dalam 24 jam pertama), dini(minggu pertama), atau lanjut(setelah satu minggu).
7.      Defisit Neurologis & Psikologis
Tanda awal penurunan fungsi neurologis: Perubanhan tingkat kesadaran, nyeri kepala hebat, mual/muntah proyektil(tanda dari peningkatan TIK.

I.       Pemeriksaan Penunjang
  1. Pemeriksaan diagnostik
1)      X ray / CT scan, dapat digunakan untuk :
a)      Hematom serebral
b)      Edem serebral
c)      Perdarahan intrakranial
d)     Fraktur tulang tengkorak
2)      MRI (Magnetic Resonance Imaging) dapat digunakan dengan atau tanpa menggunakan kontras
3)      Angiografi serebral untuk menunjukkan kelainan sirkulasi serebral
4)      EEG (Elektroensefalogram) untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang patologis.
5)      BAER (Brain Auditory Evoked Respons) untuk menentukan fungsi korteks dan batang otak
6)      PET (Positron Emission Tomography) untuk menunjukkan perubahan aktivitas metabolisme pada otak.
  1. Pemeriksaan Laboratorium
1)      AGD (PO2, pH, HCO3) untuk mengkaji keadekuatan ventilasi (mempertahankan AGD dalam rentang normal untuk menjamin aliran darah serebral adekuat) atau untuk melihat masalah oksigenasi yang dapat meningkatkan TIK.
2)      Elektrolit serum
Cedera kepala dapat dihubungkan dengan gangguan regulasi natrium,         retensi Na berakhir dapat beberapa hari, diikuti dengan diuresis Na, peningkatan letargi, konfusi, dan kejang akibat ketidakseimbangan elektrolit.
3)      Hematologi untuk memeriksa leukosit, Hb, albumin, Globulin, protein serum.
4)      CSS untuk menentukan kemungkinan adanya perdarahan subarakhnoid (warna, komposisi, tekanan)
5)      Pemeriksaan toksikologi untuk mendeteksi obat yang mengakibatkan penurunan kesadaran
6)      Kadar antikonvulsan darah untuk mengetahui tingkat terapi yang cukup efektif mengatasi kejang

J.       Penatalaksanaan medis

a.         Medis

1.      Cairan IV
      Diberikan untuk menghindari atau membatasi hipotensi dan untuk mencegah cedera otak sekunder. Obat vasoaktif yang digunakan baik untuk meningkatkan maupun menurunkan TD, dapat diperlukan untuk mempertahankan tekanan perfusi serebral (CPP) pada tingkat normal. CPP adalah hasil dari hubungan antara tekanan darah dan TIK
  1. Antibiotik
      Dapat diberikan terutama untuk cedera kepala terbuka, pemasangan monitor TIK, atau infeksi pada sistem tubuh lainnya.
  1. Obat antikejang ( misal : fenitoin, dan karbamazepin)
      Dapat diberikan sebagai profilaksis untuk mengurangi risiko kejang. Kejang secara signifikan meningkatkan kebutuhan metabolik dan aliran darah serta volume serebral, serta dengan demikian meningkatkan TIK.
  1. Antipiretik
      Adalah golongan obat  untuk demam. Saat terjadi infeksi, otak kita akan menaikkan standar suhu tubuh diatas nilai normal sehingga tubuh menjadi demam. Terdapat banyak jenis obat antipiretik diantaranya adalah obat – obatan antiradang nonsteroid (ibuprofen, ketoprofen, nimesulide), aspirin, paracetamol, metimazol.


  1. Barbiturat
      Barbiturat dosis tinggi (pentobarbital atau tiopental) akan menginduksi koma, menurnkan TIK, dan mengurangi angka kematian pada klien dengan TIK yang tidak terkendali yang tahan terhadap semua tindakan medis dan bedah lainnya. Pada awalnya diberikan 10 mg/kgBB dalam 30 menit, kemudian dilanjutkan dengan bolus 5 mg/kgBB setiap jamserta drip 1mg/kg BB/jam untuk mencapai kadar serum 3 – 4 mg%
  1. Glukokortikoid (dexamethazone)
      Berfungsi untuk mengurangi demam. Obat ini diberikan 10 mg untuk dosis awal, pada hari ke 2 – 3 diberikan 5 mg/8 jam, hari ke 4 diberikan 5 mg/12 jam, dan pada hari ke 5 diberikan 5 mg/24 jam.
  1. Diuretic osmotic (manitol)
      Berfungsi untuk mengeluarkan kristal – kristal mikroskopik. Diberikan melalui jarum dan filter.
  1. Obat paralitik (pancuronium)
      Digunakan jika klien dengan ventilasi mekanik untuk mengontrol kegelisahan atau agitasi yang dapat meningkatkan resiko peningkatan TIK.
  1. THAM (Tris – Hidroksi – metil – aminometana)
      Adalah suatu buffer yang dapat masuk kedalam susunan saraf pusat dan secara teoritis lebih superior daripada natrium bikarbonat dan dalam hal ini diharapkan dapat mengurangi TIK.
b.      Non medis
  1. Kraniotami adalah operasi membuka tulang tengkorak untuk mengangkat tumor, mengurangi TIK, mengeluarkan bekuan darah.
Kraniotami diindikasikan untuk :
1)      Mengatasi subdural/epidural hematoma
2)      Mengatasi peningkatan TIK yang tidak terkontrol
3)      Mengobati hidrosefalus

2.      Posisi tidur
      Penderita cedera kepala dimana TIK tinggi, posisi kepala biasanya ditinggikan 30o untuk menurunkan TIK danmeningkatkan keluarnya cairan yang bocor secara spontan
  1. Jaga kebutuhan nutrisi klien agar tetap terjaga
  2. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi nyeri
  3. Awasi kemungkinan munculnya kejang



Bab III
Tinjauan Kasus

Seorang klien datang kerumah sakit di bawa dengan ambulans dengan luka di kepala sebelah kanan akibat kecelakaan motor. Hasil pemeriksaan yang di dapatkan pasien selalu ingin memejamkan matanya, klien membuka mata dengan stimulus suara dan sentuhan di lengan, bicara tidak jelas seperti bergumam dan menepis jika luka klien di sentuh. Dilakukan pemeriksaan TTV dengan hasil TD: 160/90, Nadi : 95x/mnt, RR: 28x/mnt, Suhu:39°c, Dan didapatkan hasil GCS 11/15. Perawat dan Dokter segera melakukan penanganan klien cedera kepala. Klien di diagnosa cedera kepala sedang berdasarkan nilai GCS. Setelah klien sadar, klien tampak bingung, dysphasia dan mengeluh sakit kepala, klien mengatakan mual-mual, klien tampak kehilangan keseimbangan saat klien ingin bangun dari tempat tidur, klien tampak bernafas menggunakan cuping hidung, klien tampat menarik nafas dalam dan klien mengatakan nyeri di bagian lukanya saat bergerak. Skala 3-4. Seperti ditusuk-tusuk. Dengan waktu <30mnt. Klien mendapatkan terapi antipiretik dan O2 3L/m, besdrest dengan posisi kepala tempat tidur 30° c dengan observasi TTV dan pemantauan kesadaran klien. Hasil CT brain menunjukan kerusakan focal jenis extradural hematoma (EDH). Tim kesehatan melakukan perawatan secara terintergrasi untuk menghindari resiko komplikasi lebih lanjut.

Asuhan Keperawatan Cedera Kepala:
Data fokus
Data Subjektif
Data Objektif
1.      Klien mengatakan sakit di bagian kepala
2.      Klien mengatakan nyeri di bagian luka
3.      Pengkajian nyeri   
·         P: nyeri saat melakukan pergerakan
·         Q: seperti ditusuk-tusuk
·         R: di bagian kepala sebelah kanan(luka)
·         S: skala 3-4
·         T: <30mnt   
4.      Klien mengatakan mual-mual       
      1.       Klien Tampak Terdapat Luka Di Kepala Bagian Kanan Akibat Kecelakaan Motor
      2.      Klien Tampak Ingin Memejamkan Matanya
      3.      Klien Tampak Membuka Mata Dengan Stimulus Suara Dan Sentuhan Di Lengan
      4.      Klien Tampak Bicara Tidak Jelas Seperti Bergumam
      5.      Klien Tampak Menepis Jika Luka Disentuh
       6.      Klien Tampak Bingung
       7.      Klien Tampak Dyphasia
       8.      Klien Tampak Kehilangan Keseimbangan Saat Ingin Bangun.
       9.      Klien Tampak Bernafas Dengan Cuping Hidung
      10.  Klien Tampak Menarik Nafas Dalam
      11.  TTV dengan hasil
TD: 160/90,
Nadi : 95x/mnt,
RR: 28x/mnt,
Suhu:39°c,
      12.  didapatkan hasil GCS 11/15
      13.  Hasil CT brain menunjukan kerusakan focal jenis extradural hematoma (EDH).

Analisa data
    
Data Fokus
Masalah
Etiologi
Data subjektif

1.      Klien mengatakan nyeri di bagian luka
2.      Klien mengatakan mual-mual

Data objektif

     2.      Klien Tampak Ingin Memejamkan Matanya
     3.      Klien Tampak Terdapat Luka Di Kepala Bagian Kanan Akibat Kecelakaan Motor
     4.      Hasil CT brain menunjukan kerusakan focal jenis extradural hematoma (EDH).
     5.      Klien Tampak Membuka Mata Dengan Stimulus Suara Dan Sentuhan Di Lengan
     6.      Klien Tampak Bicara Tidak Jelas Seperti Bergumam
     7.      Klien Tampak Menepis Jika Luka Disentuh
     8.      TTV dengan hasil
·         TD: 160/90,
·         Nadi : 95x/mnt,
·         RR: 28x/mnt,
·         Suhu:39°c,
Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak

Data subjektif
      1.      Klien mengatakan sakit di bagian kepala
      2.      Klien mengatakan nyeri di bagian luka
      3.      Pengkajian nyeri
             P: nyeri saat melakukan pergerakan
             Q: seperti ditusuk-tusuk
             R: di bagian kepala sebelah kanan(luka)
                          S  : skala 3-4
              T: <30mnt
         4.      Klien mengatakan mual-mual

Data Objektif
         1.       Klien Tampak Terdapat Luka Di Kepala Bagian Kanan Akibat Kecelakaan Motor
          2.      TTV dengan hasil
·         TD: 160/90,
·         Nadi : 95x/mnt,
·         RR: 28x/mnt,
·         Suhu:39°c,
        3.      Klien Tampak Menepis Jika Luka Disentuh
        4.      Klien Tampak Menarik Nafas Dalam

Nyeri Akut
Agen cedera fisik: trauma
Data subjektif
     1.      Klien mengatakan sakit di bagian kepala
     2.      Klien mengatakan nyeri di bagian luka
Data Objektif

      1.      Klien Tampak Terdapat Luka Di Kepala Bagian Kanan Akibat Kecelakaan Motor
      2.      Klien Tampak Ingin Memejamkan Matanya
      3.      Klien Tampak Bingung
      4.      Klien Tampak Kehilangan Keseimbangan Saat Ingin Bangun.
      5.      TTV dengan hasil
·         TD: 160/90,
·         Nadi : 95x/mnt,
·         RR: 28x/mnt,
·         Suhu:39°c,

Hambatan Mobilitas Fisik

Gangguan Neuromuskular


Diagnosa Keperawatan
 
         1.       
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik : trauma
         2.       
Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak
         3.       
Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular

Intervensi
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik : trauma
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam diharapkan klien tidak merasakan nyeri kembali, dengan kriteria hasil:
1.           Ttv :
·         Td: 110/70-120/80 mmHg
·         Nadi: 60-100x/mnt
·         Rr: 12-20 x/mnt
·         Suhu: 36,5-37,5°c
      2.        Klien tidak menepis lukanya jika disentuh  
      3.  Klien tidak Menarik Nafas Dalam
      4.     Klien tidak Terdapat Luka Di Kepala Bagian Kanan
      5.      Skala 0

Mandiri
      1.      Dorong pasien untuk memonitor nyeri
      2.      Dukung istirahat yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri
    3.      Gunakan tindakan pengontrol nyeri sebelum nyeri bertambah berat
       4.      Monitor ttv
      5.      Ajarkan pasien teknik napas dalam
   6.      Evaluasi ketidakefektifan dari tindakan pengontrolan nyeri

Kolaborasi
    1.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgesik

Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan perfusi jar otak klien kembali normal dengan kriteria hasil:
1.      Klien tidak selalu Memejamkan Matanya
2.      Klien Tidak Terdapat Luka Di Kepala Bagian
3.      Hasil CT brain normal   
4.      Klien Tampak Membuka Mata dengan spontan
5.      Klien bicara dengan jelas
6.      Klien Tidak Menepis Jika Luka Disentuh
7.      TTV dengan hasil
          ·         TD: 110/70-120/80mmhg
          ·         Nadi: 60-100x/mnt
          ·         RR: 12-20x/mnt
          ·         Suhu : 36,5-37,5°c

Mandiri
      1.      Pantau Ttv
      2.      Monitor status neurologis
      3.      Monitor tekanan aliran darah otak
     4.      Lakukan perawatan sirkulasi infusiensi arteri atau vena
   5.      Monitor adanya kebingungan, perubahan pikiran, keluhan pusing, dan pingsan


Kolaborasi
     1.      Kolaborasikan dengan pemberian anti kejang
      2.      Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotik
Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien dapat beraktifitas normal dengan kriteria hasil:
        1.      Klien Tidak Terdapat Luka Di Kepala Bagian Kanan
        2.      Klien Tidak selalu Memejamkan Matanya
        3.      Klien Tidak Bingung
        4.      Klien Tidak Kehilangan Keseimbangan Saat Ingin Bangun.
       5.      TTV dengan hasil
·          Td: 110/70-120/80 mmHg
·         Nadi: 60-100x/mnt
·         Rr: 12-20 x/mnt
·         Suhu: 36,5-37,5°c

Mandiri
     1.      Jelaskan alasan kenapa perlu tirah baring
     2.      Tempatkan matras atau kasur terapeutik dengan cara yang tepat
      3.      Tinggakan tempat tidur dengan cara yang tepat
     4.      Letakkan lampu panggilan sesuai dengan jangkauan
     5.      Ajakrkan latihan di tempat tidur dengan cara yang tepat
     6.      Tentukan jenis tindakan yang akan di lakukan klien



BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Cedera kepala sudah menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di seluruh negara dan lebih dari dua per tiga dialami oleh negara berkembang (Riyadina dan Suhardi, 2009). Cedera kepala merupakan adanya pukulan atau benturan mendadak pada kepala dengan atau tanpa kehilangan kesadaran (Wijaya & Putri, 2013). Etiologi cedera kepala yaitu trauma benda tajam, tumpul dan tergantung. Faktor resikonya jenis kelamin, umur, dan alkohol dan di dalam cereda kepala ada komlikasi yaitu kejang, amnesia dan afasia. Banyak hal yang dapat membuat cedera kepala menjadi lebih berat. Angka kejadian yang terus bertambah diIndonesia membuktikan harus adanya penangan yang tepat dan pencegahan yang benar agar tidak terus bertambah yang secara signifikan

Saran
      Diharapkan negara indonesia perduli dan waspada akan bahayanya jika terjadinya cedera kepala, dan diseluruh rumah sakit memiliki alat yang lengkap untuk penanangan cedera kepala. Agar apa yang terjadi dapat segera ditangani supaya tidak menjadi alasan untuk bertambahnya banyak korban jiwa.





Daftar Pustaka
Wijaya, Andra saferi dan putri, yessie mariza.2013.KMB2.Yogyakarta:nuha medika
Hokason. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Buku 3. Elsevier
Hernanta,Iyan. 2013. Ilmu Kedokteran Lengkap Tentang Neurosains. Yogyakarta. D-Medika
Ariani, T,A. 2012. Sistem Neurobehavior. Jakarta selatan: salemba medika
Brunner and suddarth. 2011. Keperawatan medikal bedah. Jakarta :kedokteran EGC


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teknik Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan Jiwa + Contoh

Mekanisme Koping pada Keperawatan Jiwa